PUSARAN.CO– Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster menjadi narasumber pada kegiatan Rapat Koordinasi Teknis Kemitraan dan Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Provinsi Bali, Kamis (16/3/2023). Pada kegiatan yang digelar yang berlangsung di Negara Room Prime Plaza Hotel Sanur itu, Ny. Putri Koster membawakan materi ‘Peningkatan Peran PKK dalam Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting di Provinsi Bali’.
Mengawali paparannya, Ny. Putri Koster menjelaskan tentang visi PKK yaitu Mewujudkan Keluarga Sehat, Cerdas, Berdaya Guna, Berakhlak Mulia dan Berbudi Pekerti Luhur. Dalam visi itu, ada unsur sehat yang menurutnya terkait erat dengan pencegahan stunting. “Seorang anak dikatakan sehat kalau tidak stunting,” ujarnya.
Selanjutnya, perempuan yang akrab disapa Bunda Putri ini menyinggung peran TP PKK dalam penurunan angka stunting. “Sesuai filosofi, kami bekerja untuk menggerakkan partisipasi aktif masyarakat,” ucapnya. Ditambahkan olehnya, TP PKK merupakan organisasi dengan struktur kepengurusan paling lengkap hingga lingkup keluarga yang disebut dasa wisma. Dengan struktur yang lengkap, TP PKK menggerakkan peran aktif masyarakat, khususnya dalam upaya percepatan penurunan angka stunting. “Tak semua kader PKK punya ilmu di bidang kesehatan, tapi paling tidak kami ambil bagian dalam sosialisasi,” katanya. Tak hanya dilakukan secara langsung melalui kader PKK, sosialisasi juga dilaksanakan melalui media seperti radio dan televisi. “TP PKK Bali punya jadwal keliling ke televisi dan radio dan salah satu yang kita sosialisasikan adalah masalah stunting. Tentu saja ibu tidak turun sendiri, tapi mengajak pakar yang paham di bidang kesehatan,” imbuhnya.
Selain program sosialisasi, TP PKK Bali juga melaksanakan program aksi sosial dengan sasaran warga kurang mampu di Kabupaten/Kota. Menurutnya, kegiatan ini terkait dengan upaya penurunan angka stunting, karena TP PKK juga menyasar ibu hamil dan balita. “Kami menyalurkan bantuan beras, telur dan makanan tambahan berupa susu bagi balita, ibu hamil dan lansia,” bebernya. Dalam aksi sosial itu, Ny. Putri Koster menyelipkan sosialisasi stunting dengan menggandeng Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Melalui sosialisasi yang dilakukan secara intensif, ia berharap masyarakat punya pemahaman tentang stunting dan selanjutnya melakukan langkah-langkah pencegahan. “Ingat, yang bertanggung jawab pada pencegahan stunting bukan hanya ibu, bapak-bapak juga punya tanggung jawab yang sama,” ungkapnya.
Masih dalam paparannya, perempuan yang dikenal memiliki multi talenta di bidang seni ini menekankan pentingnya pencegahan dini pada kasus stunting. Pencegahan stunting bisa dimulai dengan memperhatikan kesehatan reproduksi kelompok remaja putri karena mereka nantinya akan menjadi calon ibu. “Orang tua harus memberi perhatian pada putri mereka, baik pola makan maupun kebiasaan sehari-hari,” ujarnya sembari mengingatkan pentingnya pengawasan orang tua pada penggunaan gadget yang bisa berdampak negatif pada kesehatan. Berikutnya, pencegahan stunting bisa dilakukan melalui program screening terhadap calon pengantin. Tahap krusial selanjutnya adalah pada masa kehamilan, dimana seorang ibu harus mendapat asupan gizi seimbang untuk menjaga kesehatan calon buah hati mereka. “Nah, setelah buah hati lahir, orang tua mesti memperhatikan tumbuh kembang anak mereka, khususnya pada 1000 hari pertama masa kelahiran. Selain asupan gizi, orang tua harus rajin membawa anak mereka ke Posyandu,” terangnya. Dengan peran aktif seluruh komponen yang bergerak bersama-sama, ia berharap angka stunting di Daerah Bali dapat segera dituntaskan.
Kegiatan Rakortek dibuka oleh Sekda Dewa Made Indra yang mewakili Wagub Bali selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Bali. Dalam sambutannya, Sekda Dewa Indra menyampaikan pentingnya pemetaan data yang akan menjadi pedoman dalam menentukan langkah selanjutnya dalam percepatan penurunan angka stunting. Disebutkan olehnya, mengacu data tahun 2022, Bali menyisakan prevalensi stunting sebesar 8 persen. “Itu artinya dalam dua tahun Bali berhasil menurunkan angka stunting 2,9 persen. Karena pada tahun 2020, prevalensi stunting Bali tercatat 10,9 persen,” urainya. Kendati penurunannya cukup besar, ia mengingatkan bahwa sejumlah kabupaten masih menyisakan angka prevalensi stunting di atas 8 persen. Kabupaten tersebut yaitu Jembrana, Tabanan, Buleleng, Bangli dan Karangasem. “Diantara kabupaten itu, Jembrana yang paling tinggi,” ucapnya. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pertemuan-pertemuan berikutnya yang membahas penurunan stunting dilaksanakan di kabupaten dengan prevalensi stunting masih di atas 8 persen.
Masih dalam sambutannya, Sekda Dewa Indra menekankan bahwa penguatan kolaborasi dan sinergi adalah kunci penuntasan angka stunting. “Saya yakin, apa yang dicapai selama ini adalah hasil kolaborasi dan sinergi,” ujarnya. Oleh sebab itu, ia berharap forum Rakortek difokuskan pada langkah penguatan kolaborasi dan sinergi seluruh komponen terkait. “Semua akan sia-sia kalau tak membangun sinergi dan kolaborasi,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Provinsi bali Ni Luh Gede Sukardiasih dalam laporannya menyampaikan bahwa Rakortek bertujuan meningkatkan dan menyelaraskan kualitas pelaksanakan percepatan penurunan stunting di Kabupaten/Kota. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan mengoptimalkan peran mitra kerja, meningkatkan pemahaman percepatan penurunan stunting, menyamakan persepsi dan evaluasi program. Kegiatan melibatkan 99 peserta yang terdiri dari Satgas Stunting, OPD terkait dari Pemprov dan Kabupaten/Kota, TP PKK, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan lembaga pendidikan.
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso dalam sambutannya mengapresiasi keberhasilan Bali dalam menurunkan angka stunting. Sehingga selama dua tahun terakhir, Bali menjadi daerah dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia. Melalui sinergi seluruh komponen, ia berharap Bali bisa segera mewujudkan zero stunting dan dapat menjadi daerah percontohan dalam percepatan penurunan angka stuntin(RLS)